MAU BIKIN NOVEL?
Membuat novel memang sudah pasti akan membutuhkan energi dan
waktu yang lebih banyak dibandingkan membuat tulisan pendek seperti cerpen atau
artikel. Secara garis besar yang perlu dilakukan dalam menulis novel – atau
buku – adalah:
* Langkah pertama: mencari/mendapatkan ide
* Langkah kedua: ide dikembangkan menjadi sinopsis. Di tahap ini
kita juga sudah harus menentukan karakteristik para tokohnya.
* Langkah ketiga: sinopsis dikembangkan menjadi storyline
* Langkah keempat: storyline dikembangkan menjadi draft awal
* Langkah kelima: draft awal disempurnakan untuk menjadi draft
akhir
Berikut ini adalah contohnya
I. Ide:
Seorang guru naksir muridnya sendiri. Namun, celakanya, muridnya
yang juga bunga sekolah itu juga ditaksir oleh teman sekelasnya. Guru pun harus
bersaing ‘dingin’ dengan sang siswa. Konflik bermunculan: pantaskah guru fall
in love dengan anak didiknya? Bagaimanakah model persaingan antara guru-murid
karena rebutan cewe? Bagaimana jika hal itu ketahuan staff guru yang lain?
Dalam persaingan ‘dingin’ itu, harga dirinya sebagai guru dipertaruhkan. Yang
manakah akan dipilih: Posisi dan harga dirinya sebagai guru, atau, cintanya
terhadap si bunga sekolah yang ternyata diam-diam juga memendam perasaan
padanya.
II. Sinopsis: Ide diatas dibuat menjadi alur cerita 3 babak
(tidak baku dan bisa dibuat beberapa babak). Babak I adalah perkenalan tokoh
dan latar belakang, Babak II adalah muncul dan meningkatnya konflik, Babak III
konflik memuncak dan berakhir.
Contoh :
BABAK – 1
Latar Belakang
————–TAHUN 2013—————-
Kelas 3 pada SMA naungan sebuah Yayasan Pendidikan di salah satu
kota menerima seorang siswi baru pindahan dari kota lain. Syahda Rinaia,
demikian nama siswi itu (deskripsi : 17 tahun, kelas 3, anak orang berada,
cantik, cerdas, ceria, supel, ekspresif, semampai, bermata indah, berlesung
pipi, penikmat sastra dan suka menulis puisi). Kehadiran dara manis ini membuat
para cowok dikelas itu berlomba untuk menarik perhatiannya demi meraih
cintanya.
Begitu juga halnya Arjun Sambudi, (deskripsi : 18 tahun, kelas
3, keren, atletis, ngetop di sekolah karena prestasinya di bidang olahraga,
anak salah seorang donatur Yayasan), tak ketinggalan berupaya untuk mendapatkan
cintanya Syahda. Dengan “modal” yang dimilikinya, tak membutuhkan waktu yang
lama bagi Arjun untuk mendapatkan cinta Syahda. Singkat cerita, Arjun dan
Syahda sudah menjadi sepasang kekasih. Diam-diam ternyata salah satu dari guru
yang baru 9 bulan mengajar, Aksoro Pinandito (deskripsi: 27 tahun, baby face,
penyendiri, introvert, sabar, bersifat dewasa, berdedikasi, lulusan Sastra
Inggris UGM, dari keluarga sederhana, orang tuanya petani di desa), juga
terpesona dan sering mengimpikan Syahda, tapi tidak terlalu berharap banyak,
karena sadar dirinya orang biasa saja.
Awal Konflik
Pak Akso, demikian panggilan bagi guru sastra itu, kerapkali
menulis puisi di majalah dan suratkabar lokal, dengan memakai nama samaran
Pulungsari. Suatu hari, salah satu puisi yang ditulisnya di suratkabar lokal
merupakan ekspresi perasaan hatinya pada gadis idamannya itu. Puisi itu berjudul
Gerimis nan Indah adalah personifikasi dari nama Syahda Rinaia, gadis impiannya
sekaligus muridnya sendiri. Syahda yang memiliki hobi mengoleksi puisi-puisi
indah kebetulan membacanya juga. Gadis itu sangat terpukau dengan gaya
puisi-puisi yang sering ditulis oleh penyair ini, sehingga dia tidak sabar
menantikan puisi-puisi baru disetiap minggunya. Kemudian Syahda memberanikan
diri untuk menyurati penyair ini untuk berkenalan dan belajar menulis puisi
darinya. Hubungan lewat surat-menyurat ini mulai berlangsung secara intensif.
Sangat berbeda dari sifatnya sehari-hari, lewat surat Pak Akso
sangat romantis dan lebih berani mengutarakan perasaannya pada Syahda walaupun
belum menunjukkan jatidiri dia yang sebenarnya. Akhirlah tumbuh suasana mesra
diantara mereka walaupun belum pernah ketemu. Arjun, sebagai kekasih Syahda,
tidak tahu akan hal ini.
Hubungan Syahda dengan Arjun mulai renggang, karena sifat Arjun
yang egois, sombong dan beberapa sifat lainnya yang tidak disukai Syahda.
Syahda pelan-pelan menjauhi Arjun.
BABAK – 2
PERKEMBANGAN KONFLIK
Suatu waktu, Pak Akso sakit cacar yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit sehingga untuk beberapa waktu tidak ada puisi baru yang ditulisnya.
Syahda yang sudah kecanduan dan merindukan puisi-puisinya, menanyakan langsung
kabar dari penyair ini kepada staf redaksi koran dimana puisinya sering dimuat.
Dengan kegigihannya untuk mendapatkan informasi, akhirnya Syahda
menemukan Pak Akso yang masih berbaring di rumah sakit.
Disinilah Syahda terkejut dan tahu siapa sebenarnya penyair yang
dia dambakan selama ini.
Pak Akso pada awalnya menyangkal, tapi Syahda dengan jujur
mengakui perasaan cinta itu. Akhirnya Pak Akso mengakui perasaannya yang
sebenarnya dan langsung disambut oleh Syahda dengan sukacita.
Pak Akso mulai sehat dan kembali mengajar. Di sekolah mereka
berdua merahasiakan hubungannya. Walaupun dirahasiakan, di kelas tak dapat
disangkal perhatian Pak Akso terhadap Syahda memang sedikit lebih dibandingkan
perhatiannya terhadap siswa-siswa lainnya. Syahda juga kelihatan senang atas
perhatian sang guru ini. Syahda lebih sering terlihat bersama Pak Akso untuk
belajar membuat puisi dan mengkajinya. Siswa lainnya sudah mulai tahu dengan
perkembangan ini. Banyak cowok di kelas itu mulai tidak suka pada Pak Akso.
Arjun yang ternyata masih menyimpan rasa kepada Syahda mulai
terbakar api cemburu dan mulai memupuk dendam pada Pak Akso.
BABAK – 3
KLIMAKS
Arjun dan kelompoknya merencanakan plot licik untuk mencelakakan
Pak Akso. Beberapa kali rencana dilaksanakan, dari mengendorkan baut-baut di
motor Pak Akso agar terjadi kecelakaan tapi Alhamdulilah masih selamat sampai
menyebarkan fitnah yang keji bahwa Pak Akso bisa diterima jadi guru di sekolah
itu karena menyogok sejumlah uang, dan sampai sekarangpun sogokannya itu belum lunas
dengan memotong sebagian dari gajinya. Walaupun dianiaya oleh muridnya sendiri,
namun Pak Akso tetap bersabar, karena dia tahu Arjun adalah anak Pak Tirto
Sambudi, orang berpengaruh di Yayasan tempat dia bekerja.
Suatu ketika, kejahatan Arjun sudah kelewat batas. Selagi
belajar di kelas, Arjun membuat ulah yang memancing kemarahan Pak Akso. Pak
Akso menegurnya dengan sopan, tapi Arjun malah menantang dengan menyebutnya
“anak desa penggembala kerbau yang sok belagu”. Pak Akso khilaf dari
kesabarannya dan memegang Arjun, sehingga hampirlah terjadi perkelahian
diantara mereka, tapi sempat dipisahkan oleh murid-murid lainnya.
Dendam Arjun tidak cukup sampai disitu saja. Sewaktu Pak Akso
pulang dari sekolah melewati sebuah gang, tiba-tiba Pak Akso dihadang oleh 4
orang pemuda berandalan, suruhannya Arjun dan disanalah Pak Akso dihajar
habis-habisan. Pak Akso babak belur dan biru lebam, untung saja sempat dibantu
oleh penduduk setempat dan dibawa ke rumah sakit.
Malang benar nasib Pak Akso, sudah jatuh ditimpa tangga pula.
Pak Akso dipecat oleh Kepala Sekolah atas perintah pemilik Yayasan, dengan
alasan mengajak muridnya sendiri berkelahi. Ini jelas dari usahanya Arjun yang
menghasut orang tuanya dan rekan-rekan orang tuanya untuk “menghabisi” Pak
Akso.
Orang tuanya Syahda juga dipanggil, diberitahu bahwa anak
gadisnya selama ini ada hubungan rahasia dengan guru yang baru dipecat itu.
Orang tua Syahda memperingatkan anaknya jangan lagi berhubungan dengan guru
itu.
ANTIKLIMAKS
Kedua orang tuanya di desa sedih dan pergi ke kota menjenguk Pak
Akso. Karena sudah dipecat, dan tidak ada kerja lagi, Pak Akso memenuhi
keinginan orang tuanya untuk kembali ke desa untuk memulihkan fisik dan
mentalnya yang mulai rapuh. Syahda sedih sepeninggal Pak Akso ke desa, tapi dia
juga tidak berani menentang kehendak orang tuanya. Singkat cerita kelulusan
sekolah sudah sampai. Syahda tetap menolak ajakan untuk kembali yang ditawarkan
Arjun Hatinya sudah tertutup bagi Arjun.
Syahda akan dikirim oleh orang tuanya untuk melanjutkan kuliah ke
luar negeri. Sebelum berangkat, Syahda sempat menyurati Pak Akso di desa. Dalam
suratnya, Syahda minta doanya Pak Akso, agar cita-citanya berhasil dan dia juga
mendoakan Pak Akso agar tabah dan suatu ketika semoga apa yang mereka
cita-citakan dikabulkan Yang Maha Kuasa Kalau memang jodoh, kita akan bisa
bertemu lagi, katanya. Pak Akso sedih namun rela melepaskan dan mendoakan
Gerimis nan Indah ini untuk membasahi bumi lainnya yang kekeringan.
HAPPY ENDING
————————— 4 Tahun Kemudian (TAHUN 2007) ——————-
Pada bulan Agustus, angin muson (monsoon) yang membawa uap-uap
air dari Samudera Hindia sering menyebabkan hujan di sebagian besar semenanjung
India. Begitu juga saat ini, gerimis mulai membasahi lahan di kampus Delhi
University. Pak Akso, sekarang 31 tahun, baru satu bulan menginjakkan kaki di
kampus ini berkat beasiswa S2 yang berhasil diraihnya. Dia yang dua tahun lalu
diangkat menjadi Dosen PNS, sekarang melanjutkan kuliahnya pada Post Graduate
di Department of Linguistics, Delhi University, New Delhi, India. Pak Akso
berlari-lari kecil menuju gedung perpustakaan agar gerimis tidak terlanjur
membasahi dirinya. Karena berlari tergesa-gesa dan pandangannya menunduk ke
bawah, tanpa sengaja dia menabrak seorang mahasiswi yang mengenakan payung.
Berhamburanlah buku-buku dan tas yang semula berada dalam pegangan mahasiswi
itu dan sekarang basah karena jatuh ke aspal yang telah diguyur hujan.
Mahasiswi itu mengenakan salwar kameez, seperangkat pakaian tradisional yang
biasa di kenakan oleh wanita dan pria di Asia Selatan. Tapi yang sedikit unik,
mahasiswi ini juga mengenakan jilbab, dengan lehernya dilingkari dupatta,
selendang panjang.
Pak Akso gelagapan dan merasa bersalah, dan segera mengumpulkan
kembali buku-buku yang berjatuhan itu seraya sambil minta maaf. Tapi ketika
melihat wajah mahasiswi itu, Pak Akso bergeming, dia terpesona bercampur
terkejut. Wajah mahasiswi yang berlumuran bulir rinai gerimis itu sangat
cantik, lebih dari itu wajah ini membawanya kembali pada kenangan 4 tahun lalu
semasa dia menjadi guru SMA di tanah air. Begitu juga halnya Syahda, dia juga
terkejut, tidak menyangka bisa ketemu lagi dengan mantan gurunya yang pernah
dikasihinya dulu. Syahda (saat ini umur 21 tahun) sedang menyelesaikan tugas
akhirnya pada program S1 di jurusan Linguistik, yaitu jurusan yang sama diambil
oleh Pak Akso. Dalam keheningan sekejap itu, Pak Akso sempat berucap syukur,
gerimis nan indah itu telah turun lagi untuk membasahi jiwanya yang mulai
semangat kembali. Mereka membiarkan untuk sementara waktu air hujan membasahi
tubuh mereka, sebelum akhirnya mereka berdua masuk ke gedung perpustakaan untuk
mulai lagi merajut kisah yang baru.
——– SELESAI ———
IV. Storyline: Sinopsis 3 babak diurai menjadi detil adegan.
Contoh :
BABAK 1
1. Di sebuah sekolah di Jakarta. Pagi itu para murid kelihatan
mulai dengan aktititasnya sehari-hari; Ada yang berangkat secara
sendiri-sendiri atau rombongan. Tiba-tiba Arjun beserta ganknya, datang dengan
mobil yang soundsystemnya digeber keras-keras seolah-olah dia mau memamerkan
apa yang dia punya. Selain Arjun ada Joni yang playboy, Bocel si tukang pukul,
dan juga Robi yang cuma pinter dalam teori cinta tapi terus ngejomblo. Arjun
adalah putera tunggak ketua yayasan sekolah. Ekspresi bermacam-macam dari
penghuni sekolah terhadap Arjun ada yang cuek,sinis bahkan simpati. Termasuk
kelompok remaja putri yang dikomandani Tari Ogut (nama beken dari Tari
Wulandari karena ada nama murid yang hampir sama dengannya yakni Tari
Sukmaningsih). Gang Tari terdiri dari Tari, Lina “Oneng” Nurlina, dan Setyowati
si Jawir. (Ada potensi komedi).
2. Bel berbunyi. Saatnya murid masuk ke kelas masing-masing.
Kelas 3c nampak ramai karena guru belum datang. Penghuni kelas saling bergosip
ria. Sedikit terlambat Pak Vandi masuk ke kelas. Suasana kelas hening, seperti
biasa karena wajahnya yang ganteng mirip seperti aktor India membuat para cewek
saling kasak-kusuk bersimpati dan yang sering dilakukan mereka adalah kirim sms
ke Hp diantara mereka. (Kejadian ini tahun 2003. Belum semua siswa punya hape).
3. Bu Rukmi (45 tahun, ibu 2 anak, guru BP) mengetuk pintu
kelas. Pak Vandi keluar kelas dan sebentar tertegun melihat Syahda, seorang
cewek mempesona yang mobilnya berhenti di kios majalah seberang tempat kostnya,
ia melihatnya saat mau berangkat ke sekolah. Akhirnya Pak Vandi memperkenalkan
Syahda, kelas riuh dengan celotehan para cowok. Pak Vandipun turut tertarik
mengingat iapun masih jomblo.
4. Ada bangku kosong dibelakang. Sebelum Pak Vandi menata duduk
Syahda maka secepat kilat Arjun yang duduk ditengah mengusir Joni yang duduk
disebelahnya untuk pindah kebelakang. Hati Arjunpun berbunga-bunga saat itu
karena Syahda duduk berdampingan dengannya. PDKT dan rayuan maut mulai ditebar
oleh si Arjun. (Ada potensi Komedi).
5. Saat menonton basket, Syahda bertanya2 tentang pak Vandi ke
Tari Ogut. Disini diceritakan tentang nama pak Vandi. Namanya sebetulnya
Irvandi dst. Karena kurang umum, ada yang manggil Irvan, Vandi, Wandi, atau
nama tengahnya Budi. Di sekolah, murid2 memanggilnya Pak Vandi. (Catatan: ini
tabungan informasi untuk adegan2 berikutnya). Pak Vandi memang salah satu guru
idola. Arjun yang tengah bermain, sadar dari gerak mata Shahda bahwa gadis itu
agak tertarik pada Pak Vandi. Arjun lalu memamerkan unjuk kebolehannya di
pertandingan Basket. Sorak-sorai mendukungnya. Diam-diam Syahda tertarik juga
akan diri Arjun. Tari Ogut mengajak Syahda masuk dalam kelompoknya.
6. Arjun yang mengejar Syahda menemuinya di kios majalah. Saat
itu Arjun beralasan mau membeli majalah yang membahas mobil dan tetebengeknya
maklum ia lagi gandrung untuk mempercantik mobilnya. Dalam obrolan itu Arjun
baru mengetahui bahwa Syahda ternyata penikmat puisi. (Catatan: Syahda itu tipe
Melankolik; Di scene ini ada informasi bahwa salah satu dari beberpa penulis
puisi pujaannya adalah Pulungsari).
7. Malamnya, di tempat kost, orangtua Vandi di daerah menelpon
macam2 dan mulai menyinggung soal jodoh tapi Vandi mengelak. Begitu telpon
ditutup, ada lagi telpon dari Pak Jo dari koran Rakyat Pos yang menanyai kapan
lagi ia bisa mengirim puisi. Vandi dengan Pak Jo sudah amat akrab dan Vandi
sering dipanggil Budi, nama tengahnya, dengan alasan nama Vandi amat tidak
umum. Saat duduk di depan laptop bututnya, ia teringat Syahda dan mulai menulis
puisi tentang Syahda yaitu Gerimis Nan Indah/GNI. (Disini ada informasi bahwa
untuk menambah penghasilan Pak Vandi sering buat puisi, artikel, cerpen dan
opini untuk dikirim ke majalah & surat kabar. Hasil honor ia kumpulkan
akhirnya kesampaian juga untuk membeli motor kreditan).
8. Beberapa hari berikutnya, Minggu. Syahda mau membeli majalah
lagi tetapi stok habis. Iseng-iseng Syahda baca-baca koran yang ada disitu. Tak
sengaja dia baca kolom puisi dan disitu ia menemukan puisi Gerimis Nan Indah
kiriman dari Pulungsari.
9. Syahda yang tertarik puisi dari Pulungsari lalu mengoleksi
puisi itu dengan membuat klipping di bukunya. Arjun yang datang dan ‘dicuekin’
karena kesibukan itu lantas pulang.
10. Arjun minta bantuan Joni si playboy untuk membuat puisi
untuknya. Tapi walaupun sudah dibelikan minuman berenergi dan macam-macam
cemilan, puisinya tetap jelek. Dalam keadaan terdesak Arjun bilang bahwa yang
pinter nulis sebetulnya adalah Robi. Robi lantas ditelpon. Sebetulnya Robi
malas. Tapi karena diancam, ia lantas menyanggupi. Tidak perlu diuraikan proses
pembuatan puisi oleh Robi. (Ada potensi komedi).
11. Dasar Syahda yang lagi kasmaran dengan puisi cinta akhirnya
kepincut juga sama Arjun. Ada respon sedikit di manfaatkan oleh Arjun untuk
‘nembak’ dan mengumumkan bahwa Syahda adalah pacarnya. Padahal Syahda baru sampai
pada taraf tertarik saja pada Arjun.
12. Syahda minta tolong Mak Yem, pembantunya untuk menelpon
penerbit Rakyat Pos. Sementara itu ia dapat kabar dari Tari Ogut tentang ulah
Arjun yang ketahuan mabuk di kantin sekolah. Tak lama Mak Yem bisa tersambung
dengan Pak Jo sebelum kemudian menyambungkan lagi dengan Syahda. (Ada potensi
Komedi).
13. Vandi mendapat email dari Syahda yang mengaku bernama Ririn
yang sangat tertarik dengan puisinya dan ingin belajar tentang cara membuatnya.
Vandi tak keberatan.
BABAK 2
14. Syahda penasaran karena Pulungsari tidak pernah lagi
terlihat karya-karyanya. Kiriman emailpun tidak ada lagi. Padahal Syahda sudah
berkali-kali menanyakan melalui alamat email tersebut. Ia lalu menelpon Pak Jo
lagi dan dengan setengah memaksa lantas mendapatkan nomor telpon dan alamat
kost Pulungsari.
15. Saat di kantin Arjun datang menghampiri Syahda untuk minta
maaf atas kejadian mabuk-mabukan. Ia memberikan surat yang didalamnya juga ada
puisi (pesan ke Joni). Syahda cuek & dingin aja menerima surat itu, hatinya
sudah tak bergairah karena ia masih kepikiran Pulungsari. (Catatan: di bagian
ini ada informasi bahwa Pak Vandi sakit dan Syahda sama sekali tidak menduga
bahwa Pak Vandi adalah Pulungsari).
16. Dari Pak Jubir (pemilik kos) akhirnya Syahda tahu kalau Budi
ditempat tinggalnya Pak Vandi Sambudi lebih dikenal dengan nama panggilan Pak
Budi) sedang sakit typus dan opname dirumah sakit yang kebetulan jaraknya hanya
100 meter dari situ. Karena tanggung, Syahda memutuskan mengunjungi di RS. Apalagi
saat itu jam besuk hanya tinggal setengah jam lagi.
17. Alangkat kagetnya Syahda saat ketemu Pak Vandi. Dia hampir
tak percaya dan tersipu malu kala mengetahui bahwa Pulungsari adalah Pak Vandi.
Karena setiap kontak ia selalu mencurahkan isi hatinya dan ternyata dia adalah
gurunya sendiri yang banyak menjadi idola di kelas.
18. Di kunjungan2 berikut, saat datang sendiri akhirnya Syahda
mengakui mengagumi sekaligus ada benih cinta dihatinya. Awalnya Pak Vandi
mengelak mengungkapkan perasaaan hatinya apalagi Syahda adalah anak didiknya
sendiri. Tentunya tak patut untuk menjalin cinta amtara guru dan murid. Namun
akhirnya kekukuhannya jebol ia mengakui Syahda ada dihatinya sejak awal
perkenalan dikelas.
19. Beberapa hari kemudian kabar kedekatan Pak Vandi dengan
Syahda sampai ke telinga Arjun. Ia mulai gerah dengan sikap Syahda. Saat
mengkonfirmasi ke Syahda, gadis itu tersinggung karena walaupun ia dnegan Pak
Vandi hanya berteman, menurutnya Arjun tidak berhak ikut campur. Lagipula
memang tidak ada hubungan istimewa antara Syahda dengan Arjun. Arjun pulang ke
rumah dengan perasaan dendam pada gurunya.
20.Arjun menceritakan kekesalannya terhadap Pak Vandi pada
kelompoknya. Selain sudah membujuk orangtuanya yang ketua yayasan sekolah, ia
juga minta bantuan kepada Robi, Joni dan khususnya Bocel dan kelompoknya untuk
merancang strategi (teror fisik dan mental) untuk menjahili Pak Vandi. Layaknya
partai politik yang ingin memenangkan calonnya mereka merancang beberapa
sekenario untuk menjatuhkan Pak Vandi agar tidak kerasan lagi mengajar di
sekolah tersebut. (Ada potensi komedi).
21. Arjun menempelkan selebaran di kantin untuk memfitnah Pak
Vandi. Hal itu ketahuan Bu Marni tapi menyadari bahwa Arjun adalah anak ketua
yayasan sekolah, ia hanya curhat pada Pak Vandi. (Catatan: ada informasi bahwa
Vandi tengah mencari beasiswa belajar ke LN. India adalah salah satu
pilihannya)
22.Syahda masih begitu asyiknya mencari inspirasi untuk membuat
puisi yang romantis. Hawa cinta yang menggebu dan keyakinannya akan sosok
pribadi Pak Vandi tak membuatnya terpengaruh akan isu-isu yang beredar meski
awalnya hatinya sempat galau.
23.Orang tua Syahda mendapat surat kaleng yang dilampiri foto
hasil jepretan kamera milik Arjun yang menyebutkan terjalinnya hubungan
percintaan antara Syahda dan Pak Vandi. Mak Yem yang menemukan surat itu
pertamakali. Syahda kemudian diinterogasi. (Ada potensi komedi ketika Mak Yem
ikut menginterogasi).
24.Teror mental. Di kelas Arjun dan kelompoknya mulai acuh dan
berulah saat mata pelajaran Pak Vandi. Ulah Arjun mendapat teguran dari Pak
Vandi namun tak digubris. Ledekan dan kata-kata Arjun membuat Pak Vandi naik
pitam dan tanpa sadar emosinya muncul menantang duel secara jantan.
25.Teror fisik direncanakan. Bocel dan kelompoknya siap
menghadang Pak Vandi sewaktu perjalanan pulang dari sekolah tapi Robi mendadak
kebelet. Begitu sudah beres, mendadak ketua mereka (Bocel) tiba-tiba sakit
gigi. Rencana kemudian digagalkan karena momentumnya sudah terlewat. (Ada
pontensi komedi).
26.Perilaku dan ucapan dikelas terhadap Arjun masuk laporan ke
Kepala Sekolah, diadakan Arjun rapat guru atas desakan orang yang berpengaruh
(Bapaknya Arjun). (Catatan: Hasil rapat dirahasiakan pada pembaca).
27. Syahda yang akrab dengan Mbak Yem, menunjukkan puisi pertama
bikinannya yang ia buat atas saran2 Pak Vandi yang ditulis tangan di atas
kertas pink dengan tekstur khusus. Menurut Mak Yem, puisinya cukup bagus.
Syahda senang dan akan menyerahkan pada Pak Vandi di pertemuan pertama. (Ada
pontensi humor).
28. Pertemuan Pak Vandi dengan Syahda. Syahda yang sudah sangat
jatuh cinta meminta ijin agar diluar sekolah ia memanggil nama Vandi tanpa
embel2 ‘pak’ layaknya seorang kekasih. Pak Vandi tidak menanggapi. Melihat raut
wajah murungnya, Syahda penasaran dan akhirnya mendapat info bahwa Pak Vandi
dikeluarkan dari sekolah. Pak Vandi yang tahu bahwa Syahda mencintainya buru2
menyergah ketika Syahda akan mengutarakan isi hatinya. Alasannya: ia terlanjur
akan belajar ke LN karena mendapatkan beasiswa. Syahda sedih dan terjadi
perpisahan di antara mereka berdua. Saat Arjun menegur, Syahda malah menatap
dengan benci. Saat itu Arjun tahu bahwa cintanya pada Syahda telah sepenuhnya
ditolak.
BABAK 3
29. Empat tahun berlalu. Di pertengahan tahun 2007(?), terlihat
di kantin sebuah kampus Joko sedang ngobrol. Mereka berdua telah berada di
India. Sendau gurau berkisar pada para mahasiswi yang lalu lalang didepan
mereka. Lagi-lagi ada telpon dari orangtua Vandi yang menanyakan kapan ia
mendapatkan pasangan hidup. Vandi sampai hafal kata2 nasihatnya seperti
“bapak-ibumu kan sudah tua. Kami ingin segera meminang cucu.” (Catatan: ada
informasi bahwa Vandi segera mengakhiri kuliahnya dan akan kembali ke Indonesia
esok lusa).
30. Jasmine (mahasiswa asal Indonesia yang
sekampus,manis,cerdas,supel) menemui Pak Vandi di perpustakaan. (Catatan:
berikan latar-belakang gadis India). Jasmine sendiri yang menurut pantauan dan
perasaanya ada perhatian lebih padanya.
31. Di pesawat ke Jakarta, saat melihat seorang gadis Indonesia,
Akso teringat Syahda. Ia membuka dompetnya dan mengelurkan lipatan kertas buram
dan membaca puisi yang gadis itu pernah buatkan untuknya.
32. Hari sudah malam saat Vandi tiba di bandara Jakarta. Di saat
yang nyaris bersamaan ternyata ada pesawat dari Singapore yang tiba. Saat
menunggu koper di ban berjalan, Vandi menelpon Joko. (Ada pontensi komedi
disini). Ia juga menceritakan bahwa ia membaca puisi Syahda. Menurut Joko, jika
Syahda itu soulmate, Vandi akan bertemu lagi dengannya dalam suatu cara yang
tidak disangka-sangka.
33. Koper Vandi ternyata koper yang terakhir didapatkan
penumpang pesawat. Hari makin larut. Karena faktor kehati-hatian, Vandi tidak
sembarangan memilih taksi untuk mengantarnya ke losmen sebelum melanjutkan
pulang ke daerah asal besok paginya. Taksi pilihannya ternyata hanya tinggal
satu. Saat ia akan memakai taksi itu, ia berebutan dengan seorang gadis. Ia
kaget saat mengetahui bahwa gadis itu adalah Syahda yang baru saja mengikuti
pelatihan sebagai management trainee di Singapore. Mereka kikuk. Tak ada
pilihan lain, mereka lantas naik taksi yang sama menuju Jakarta.
34. Di taksi, mereka tidak banyak bicara. Vandi tiba duluan di
tempat tujuan. Saat hendak membayar ongkos secara sebagian dari dompetnya
terjatuh kertas warna pink dengan tekstur/pola khusus. Syahda mengenalinya
sebagai kertas puisi buatannya. Syahda diluar dugaan mengeluarkan selembar
kertas kecil lain dari dompetnya. Ternyata itu adalah klipping puisi Gerimis
Nan Indah. Karena masih jomblo, Syahda menguatkan diri dan menyatakan isi
hatinya. Vandi ternyata terdiam dan ini membuat Syahda kuatir apakah Vandi
sudah berkeluarga atau belum. Tak lama, hape Vandi berbunyi. Ternyata itu
adalah telpon dari keluarganya. Saat mereka bertanya lagi pertanyaan yang
itu-itu juga, Vandi sengaja menghidupkan speaker phone agar didengar oleh
Syahda. Ketika mereka mengulang pertanyaan, Vandi menjawab bahwa ia sudah
memiliki seorang calon pendamping hidup yang saat itu tengah ada bersama-sama
dirinya.
TAMAT
V. DRAFT AWAL
VI. DRAFT AKHIR
Untuk dua contoh di atas tentu tidak dapat diuraikan disini
karena sudah merupakan satu kesatuan novel secara utuh. Yang jelas, Draft Awal
adalah naskah dimana Storyline 3 babak diuraikan tiap scene atau adegan. Draft
Akhir adalah untuk proses Aging/pendiaman, termasuk memperhalus kata-kata.
TIPS:
Dalam membuat novel ada begitu banyak hal yang perlu
diperhatikan. Beberapa di antaranya:
1. Perombakan nama tokoh, tempat, serta lokasi kejadian, dan
bahkan struktur cerita, masih diperbolehkan hingga tahap pembuatan storyline.
Setelah memasuki draft awal, semua itu ditabukan.
2. Momok paling menentukan adalah kebuntuan. Deadlock. Tapi
selama semangat menulis tetap membara dan selalu berdoa minta kepinteran sama
Yang Maha Kuasa, percayalah, deadlock hanyalah kerikil kecil yang dengan mudah
kita cemplungin ke got.
3. Metode pembuatan sinopsis 3 babak bukan metode baku. Penulis
bisa membuat dengan format lain. Kendati demikian, sinopsis 3 babak merupakan
pola yang paling banyak dipakai dalam pembuatan sebuah cerita berdurasi
panjang.
4. Hindari tokoh atau kejadian yang mendadak muncul di tengah
cerita dan akibat berdampak bahwa kemunculannya ‘maksain.’ Jika hal itu mau
dilakukan, perlu ada ‘tabungan informasi’ di awal cerita.
5. Hati-hati dengan pemberian nama tokoh. Kemunculan tokoh
(bukan tokoh utama) yang diberi nama, harus punya tujuan. Entah dengan cara
akan muncul lagi di bagian berikut, atau akan memberi unsur kejutan bagi
pembaca. Nama tokoh yang terlalu banyak akan membuat pembaca dibingungkan.
Selamat mencoba!
ditulis oleh : http://www.gallerysepatu.com
Penulis 10 novel, 1 buku panduan, beberapa skenario
komedi-situasi, cerpen, artikel, drama dan opini.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking